Sabtu, 13 September 2014

Sejarah dunia mencatat bahwa generasi awal islam adalah generasi terbaik yang pernah ada dimuka bumi ini", menurut Michael Heart.
Merekalah para sahabat yang berjuang bersama Rasulullah SAW dengan keimanan yang terbentuk langsung oleh wahyu yang turun di Negeri Arab yang merupakan daerah jahiliyah di muka bumi. Namun, mereka merupakan sosok revormis sejati yang mampu membawa perubahan besar dalam seluruh tatanan kehidupan sosial Bangsa Arab ketika itu. Dengan membawa misi berupa risalah Islam yang bersumberkan langsung dari Wahyu Allah SWT, slowly but sure (perlahan namun pasti), mereka mulai merubah kondisi Bangsa Arab yang jahiliyah nan kejam dan terbelakang, menjadi sebuah tatanan masyarakat yang ber-tittle-kan Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah SWT. Mereka-merekalah para pemuda-pemuda yang kedepannya akan melebarkan sayap-sayap Islam hampir ke seluruh penjuru dunia. 

Dan itu terbukti setelah wafatnya Rasulullah SAW. Tonggak kepemimpinan pun beralih ke mereka para sahabat rasulullah, yang telah kita ketahui bersama dalam jejak langkahnya telah mampu membangun sebuah Imperium terbesar di sepanjang sejarah manusia, yang membentang dari perbatasan India hingga Samudra Atlantik. Padahal mereka saat itu jumlahnya kecil sekali, namun bisa mencengangkan mata dunia dengan penakhlukan Mesopotamia, Sirria, Palestina dan merebut mesir dari kekaisaran Byzantine. Persia pun tak luput dari penakhlukan umat muslim. Sapu bersih Afrika utara, Samudra Atlantik hingga Andalusia Spanyol. Dan Islam memegang kendali hampir sepertiga dunia. Sungguh pencapaian yang sangat luar biasa sekali. 

Dan yang unik dalam setiap penakhlukan yang dilakukan oleh umat muslim pasti selalu diikuti dengan masuknya orang-orang untuk memeluk Islam secara berbondong-bondong tanpa paksaan dan mereka melakukannya secara sukarela. Dan yang paling unik luar biasa, syiar itu langsung dilakukan oleh balatentara Islam itu sendiri, bukan melalui lembaga dakwah Islam atau organisasi Islam saat itu. Merekalah pemuda generasi awal keisalaman yang islamnya masih murni. Bak mata air yang baru keluar dari puncak gunung yang belum ternodai sama sekali. 

Namun jika kita melihat fakta hari ini maka sangat jauh berbeda sekali. Umat Islam saat ini menjadi umat yang tertinggal. Hampir dari seluruh tatanan kehidupan umat Islam tertinggal oleh peradaban Barat yang telah mencapai kejayaannya mulai abad ke 19 Masehi. Apakah karena para pemudanya Islamnya tidak ada. Namun itu mustahil, karena setiap generasi muda pasti akan selalu hadir ditengah-tengah masyarakat untuk meneruskan kehidupan di masa depan, entah itu membangun ataupun malah menghancurkan kehidupan sebelumnya. 

Ansharullah (n.d) menggambarkan tentang kondisi pemuda saat ini dengan mengelompokkan menjadi 4 kelompok pemuda, yaitu:
Kelompok pertama adalah mereka-mereka yang merasa tidak puas dengan kondisi saat ini, lalu berusaha melakukan perubahan. Mereka dapat melihat kejelekan. Namun perubahan yang mereka lakukan tidak terlepas dari ideologi yang bertentangan dengan apa yang telah Rasulullah SAW ajarkan. Mereka yang kelompok pertama ini adalah kelompok yang menginginkan agar demokrasi yang ada benar-benar ditegakkan. Menebarkan isu bahwa kedaulatan dan kekuasaan adalah di tangan rakyat, bahwa rakyatlah yang paling berhak menentukan arah pemerintahan adalah paling sering mereka teriakkan dengan lantang. Dan itu semua adalah kebohongan. Kita bisa melihat parpol dengan mengangkat nama demokrasi justru menjadi parpol paling bermasalah dalam urusan korupsi di negeri ibu pertiwi ini. Lalu adapun mereka yang terpengaruh dengan ideologi komunis sosialis. Biasanya mereka mengehendaki adanya perubahan yang lebih radikal. Mereka menuntut perubahan tatanan kehidupan melalui cara revolusi. Cara yang mereka lakukan tidak jarang mengarah kepada pengrusakan, dengan membangkitkan emosi massa di sana sini. Kerugian pun tak terelakan lagi dalam jumlah yang sangat besar. Apapun alasannya, cara-cara yang ditempuh oleh kelompok mahasiswa ini tidak bisa dibenarkan oleh Islam. Landasan perjuangan kelompok tersebut jelas tidak sesuai dengan pandangan Islam. Sebab, ide-ide sosialis ataupun kapitalis, termasuk demokrasi liberal serta ide-ide yang terlahir darinya seperti HAM, pluralisme, dan lain-lainnya, merupakan pemahaman Barat yang sangat bertentangan dengan Islam. Dan yang paling sangat disayangkan ialah ternyata tidak sedikit mahasiswa muslim yang turut mempropagandakan dan memperjuangkan paham-paham tersebut. Dan di antara mereka ada yang melakukannya karena ikut-ikutan saja, karena kebodohannya, dan ada juga karena memang ingin memperjuangkannya. Akibatnya, secara tidak langsung, mereka menjadi prototipe dari agen-agen Barat dalam menyebarkan paham-paham yang sebenarnya merupakan racun bagi kaum muslimin.
Kelompok kedua adalah mereka yang cuek terhadap kondisi kehidupan masyarakat. Mereka tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Bagi mereka yang penting ialah selamat. “Ngapain susah-susah mikirin nasib kaum muslimin yang lain. Mikirin diri sendiri aja udah susah". Kondisi seperti ini hanya akan melahirkan sistem individualis. Sehingga setiap manusia termasuk mahasiswa lalu berpikir pintas dengan menyelamatkan diri sendiri tanpa memikirkan saudara yang lainnya. Standar perbuatan mereka adalah manfaat. Bagi mereka, yang penting bermanfaat untuk dirinya dan tidak merugikan orang lain. Bagi mereka pacaran tidak menjadi masalah, asal tidak hamil dan tidak menimbulkan ‘masalah’. Kelompok ini memang benar-benar ingin ‘menikmati’ dan hidup tentram tanpa memikirkan orang lain. Mereka tidak peduli bahwa kenikmatan hidupnya itu adalah diraih di atas penderitaan orang lain. Bagi kelompok mahasiswa seperti ini ‘keberhasilan studi’ merupakan cita-cita yang paling dijunjung tinggi dan senantiasa jadi haluan perjuangannya. Bagi mereka, standar keberhasilan itu adalah meraih nilai studi yang setinggi-tingginya. Sains memang cukup mereka ‘kuasai’, namun keilmuannya itu tidak berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam kehidupan masyarakat. Dalam karir studinya, kelompok ini memang relatif banyak berhasil, namun mereka belum mampu memenuhi dambaan dan harapan umat. Kehidupan mahasiswa kelompok ini hanya berkisar antara kampus dan rumah. Angan-angan mereka kalau sudah lulus kelak adalah pekerjaan yang mantap dengan gaji yang besar, istri yang cantik, fasilitas yang mewah, dan anak-anak yang lucu dan manis. “Persetan dengan lingkungan Yang penting aku, istriku, anak-anakku, dan keluargaku ‘AMAN’!” Dalam Islam tidak dikenal sistem kehidupan individualis. Kehidupan masyarakat dalam Islam tidak membeda-bedakan apakah seorang itu mahasiswa, pelajar, karyawan, atau lainnya. Semuanya bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan di sekelilingnya. Rasulullah SAW telah mengingatkan dalam sabdanya: “Barang siapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Dan Barang siapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka tidak termasuk golonganku”. (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Kelompok ketiga adalah mereka yang ‘terbius’ sehingga terjerat dan terjerumus dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini. Sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, telah mencabut nilai-nilai kehidupan lainnya, baik nilai-nilai akhlaq, kemanusiaan, dan kerohanian (agama). Korban-korban sistem ini sudah cukup bergelimpangan. Sebagai contoh, tidak sedikit mahasiswa yang terjerumus dalam pemakaian obat-oabat terlarang. Bahkan ada yang terjerat dalam sindikat pengedar yang berskala internasional. Dan tak sedikit dari mereka adalah pelaku aborsi, skandal dan jaringan seks bebas, perampokan, pembobolan bank, dan penodongan. Merekalah kelompok yang paling parah dan menjadi kunci dari hancurnya suatu tatanan kehidupan yang baik di masa depan.
Kelompok keempat adalah kelompok pemuda yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan dan kebrobokan sistem yang ada akibat tidak adanya aktualisasi nilai-nilai islam dalam realitas kehidupan. Dengan pemahaman terhadap kenyataan seperti itu, disertai pendalaman terhadap pengetahuan Islam, mereka melakukan perjuangan dakwah, menyeru umat untuk kembali kepada Islam. Meskipun jumlahnya tidak terlampau besar, peranan mereka sangat diharapkan umat untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang Islami. Gerakan-gerakan mereka dalam wadah organisasi cukup santer di berbagai perguruan tinggi. Ada yang bercorak dari Timur Tengah ataupun dari lokal. Semuanya menyuarakan gerakan kebangkitan Islam. Pemahaman Islam yang mereka raih memang bukan pemahaman yang bersifat ‘komprehensif’. Meskipun belajar di perguruan tinggi umum. Namun kitab-kitab kuning yang berbahasa Arab baik dari kalangan fuqaha tempo dulu maupun para mujtahid abad 20-pun menjadi bacaan serta kajian dalam diskusi mereka. Dan walaupun masih terdapat berbagai perbedaan visi tentang kebangkitan dan metode yang mereka lakukan, kelompok terakhir ini merupakan kelompok dambaan umat menuju kemuliaan hidup.
Yakinlah bahwasannya umat Islam tidak mungkin meraih kemuliaan kalau umatnya hanya memperhatikan kepentingan pribadinya. Islam mustahil akan muncul dari generasi-generasi yang telah “sekarat” akibat virus sistem kapitalis dan sosialis. Islam hanya akan bangkit melalui manusia-manusia yang ikhlas mewakafkan kehidupannya demi tegaknya Islam. Islam akan jaya di tangan mereka yang memegang Islam walaupun seperti memegang bara api. Meskipun secara materi kondisi mereka terkadang menyedihkan, perjuangan mereka tak pernah lelah ; karena mereka mendambakan kemuliaan surga yang dijanjikan Alloh SWT. Mereka yakin akan janji Allah SWT dalam Al-Qur’an :
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (QS. At-Taubat : 111).
Seperti itulah kondisi realita pemuda islam yang terlahir dan hidup pada masa kini. Citra keIslaman mereka tidak sedikit yang tererosi ,dan terdegradasi oleh budaya-budaya asing yang membius dan meracuni harapan dan cita-cita mereka. Cinta mereka terwarnai kasih sayang semu, cinta produk manusia. Cinta yang lahir dari nafsu demi kenikmatan sesaat. Cinta yang berakhir dalam ruang yang penuh kehampaan. Meskipun demikian, masih ada pemuda dan pemudi Islam yang masih teguh memegang dan mempertahankan-dengan sekuat tenaga citra mereka yang hakiki sebagai muslim. Merekalah THE REAL AGENT OF CHANGE. Semoga Allah SWT senantiasa menyertai mereka. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

REFERENSI:

  1. Al Qur'an al Karim.
  2. Suherman, "Dialog peradaban (Anis Matta-Ary Ginanjar): Refleksi dua ikon perubahan mencipta manusia paripurna", hal.18.
  3. Ansharullah, Mahyeldi, n.d., "Makalah peranan pemuda Islam, realitas, idealitas dan kondisi hari ini.
Posted by Unknown On 01.32 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Facebook
  • Twitter
  • Youtube

    Total Pageviews